Minggu, 16 Maret 2014
KEBERADAAN KOMIK DI MANCANEGARA
komik adalah semua jenis buku cerita yang dilengkapi gambar. Tetapi komik bukan cerita bergambar. "Dalam cergam, gambar mempunyai peran sebagai ilustrasi, pelengkap tulisan, sehingga sebetulnya tanpa hadirnya gambarpun cerita masih bisa dinikmati pembacanya. Jadi lebih tepatnya, KOMIK merupakan GAMCER -gambar bercerita. Sehingga, sebuah komik, kalau penggambarnya "canggih", bisa saja dibaca tanpa menggunakan kata-kata".
Komik pertama kali berkembang di Amerika Serikat. Tetapi, nama-nama pembuat komik termasyhur dari Jenewa seperti Rudolf Toffler (1966-1846) dan Willem Busch (1832 - 1908) dari Jerman, tidak akan bisa dilepaskan dari keberadaan komik-komik modern. Begitu pun dari Perancis dikenal nama Caran d'Ache dan Rabier, serta Tom Brown dari Inggris. Amerika meniru apa yang terjadi di Eropa. Pada tahun 1880-an, ketika terjadi persaingan surat kabar yang sangat kuat antara Joseph Pulitzer (New York World) dn William Randolph Hearst (Morning Journal) di New York, surat kabar-surat kabar Amerika mulai memuat komik (Jakarta-Jakarta, op. cit.).
Tahun 1910-an muncul kecenderungan baru di Amerika, yaitu terbitnya komik-komik yang lebih intelektual. Komik dengan tokoh cerita anak badung (bandel) sudah muncul sejak awal abad ke-20). Di samping itu mucul pula cerita tentang tokoh anak bijak (Jakarta-Jakarta, ibid.). Tampaknya, kini komik dengan berbagai tema cerita muncul secara berbarengan dari para pekomik Jepang. Tema-tema seperti persahabatan, permusuhan, balas dendam, percintaan, anak bandel, anak bijak, anak jagoan, fiksi ilmiah, petualangan, dan berbagai jenis tema cerita lainnya, termasuk cerita dunia robot, telah begitu besar menyedot perhatian para pembaca muda. Semua komik Jepang ditata berbeda dengan komik keluaran Amerika, Perancis, dan Belgia yang cenderung tertib. Teknik banyak frame, dilengkapi close up bagian-bagian tertentu, kemudian dirangkai dengan ketidakteraturan pemilahan bidang gambar, tampaknya telah mengilhami para pekomik muda Indonesia. Pada tabloid Fantasia dan Tablo misalnya, bisa dilihat kecenderungan pengaruh gaya komik Jepang tersebut. Bukan hanya gaya penggambaran saja yang ditiru, dunia robot pun telah menjadi topik cerita yang ditiru dan dikembangkan para pekomik muda Indonesia. Sementara pada tabloid atau koran untuk konsumsi kelas bawah, muncul kecenderungan memanfaatkan tokoh wayang, khususnya punakawan, yang dimodernkan suasana ceritanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar